Lambang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan representasi visual yang kuat dari sejarah, nilai-nilai, dan tugas mulia institusi ini. Di balik desain yang terkesan sederhana terdapat makna mendalam yang mencerminkan semangat juang dan dedikasi para prajurit laut dalam menjaga kedaulatan negara di lautan biru.
Lambang TNI AL ini bukan sekadar gambar yang dipajang di seragam atau markas. Ia merupakan simbol identitas dan kebanggaan bagi seluruh prajurit TNI AL, yang senantiasa siap mengabdikan jiwa dan raganya untuk menjaga keamanan dan pertahanan wilayah maritim Indonesia. Lambang ini juga menjadi pengingat akan tanggung jawab besar TNI AL dalam melindungi rakyat dan menjaga keutuhan NKRI dari ancaman di laut.
Tentang TNI AL
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (atau biasa disingkat TNI-AL) adalah salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di laut.
TNI Angkatan Laut dibentuk pada tanggal 10 September 1945 yang pada saat dibentuknya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR Laut) yang merupakan bagian dari Badan Keamanan Rakyat.
TNI Angkatan Laut dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Laut (MABESAL).
Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 3 komando armada yaitu, Komando Armada I (Koarmada I) yang berpusat di Jakarta, Komando Armada II (Koarmada II) yang berpusat di Surabaya, dan Komando Armada III (Koarmada III) yang berpusat di Sorong serta satu Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Selain itu juga membawahi Korps Marinir.
Sejarah TNI Angkatan Laut
Sejarah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) dimulai pada tanggal 10 September 1945, ditandai dengan pembentukan Badan Keamanan Rakyat Laut (BKR Laut). Organisasi ini dipelopori oleh para pelaut veteran Indonesia yang pernah berbakti dalam Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda) dan Kaigun (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang) selama masa penjajahan.
Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) mendorong lahirnya TKR Laut, yang kemudian dikenal sebagai Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Dengan semangat juang tinggi, ALRI memanfaatkan kapal-kapal peninggalan Jawatan Pelayaran Jepang dan merekrut personel untuk menjalankan tugas mulia sebagai penjaga laut.
Meskipun dengan kekuatan awal yang terbatas, ALRI tak kenal lelah dalam melaksanakan Operasi Lintas Laut. Misi ini bertujuan menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan dan menggalang kekuatan bersenjata di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, ALRI juga melakukan pelayaran untuk menembus blokade laut Belanda guna memperoleh bantuan dari negara-negara sahabat.
Periode 1949-1959 menjadi masa penting bagi perkembangan ALRI. Dalam periode ini, terjadi penyempurnaan struktur organisasi dan peningkatan kemampuan. ALRI membentuk Armada, Korps Marinir yang awalnya dikenal sebagai Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL), Penerbangan Angkatan Laut, serta sejumlah Komando Daerah Maritim sebagai pusat pertahanan kewilayahan di sektor maritim.
Pada dekade 1990-an, TNI AL memperoleh tambahan kekuatan berupa kapal perang jenis korvet kelas Parchim, kapal pendarat tank (LST) kelas ‘Frosch’, dan Penyapu Ranjau kelas Kondor. Meskipun penambahan ini penting, namun masih tergolong jauh dari kebutuhan dan tuntutan tugas yang semakin kompleks di era globalisasi saat ini.
Reformasi internal TNI membawa dampak signifikan terhadap penajaman tugas TNI AL dalam bidang pertahanan dan keamanan laut. Reorganisasi dan validasi Armada dilakukan dengan membentuk flotila-flotila kapal perang berdasarkan kesamaan fungsi. Selain itu, terjadi pula pemekaran organisasi Korps Marinir dengan pembentukan satuan setingkat divisi Pasukan Marinir-I di Surabaya dan setingkat Brigade berdiri sendiri di Jakarta.
Lambang TNI Angkatan Laut

Website : TNI AL