Lambang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat

Kabupaten Pangandaran, dengan keindahan alam pantai dan bukitnya yang mempesona, memiliki lambang yang sarat makna filosofis. Lambang ini mencerminkan identitas, cita-cita, dan potensi daerah ini.

Lambang Kabupaten Pangandaran bukan sekadar gambar, melainkan simbolisasi yang utuh dari identitas, potensi, dan cita-cita daerah. Melalui lambang ini, diharapkan seluruh warga Pangandaran dapat terinspirasi untuk terus berkarya dan membangun daerahnya menjadi lebih maju dan sejahtera.

Tentang Kabupaten Pangandaran

Pangandaran adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Parigi, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar di utara, Kabupaten Cilacap di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Tasikmalaya di barat.

Kabupaten Pangandaran, sebuah wilayah pesisir di Provinsi Jawa Barat, resmi berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran. Pembentukan ini memisahkan sebagian wilayah dari Kabupaten Ciamis, meliputi sepuluh kecamatan: Parigi, Cijulang, Cimerak, Cigugur, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, dan Sidamulih. Ibukota Kabupaten Pangandaran terletak di Kecamatan Parigi.

Kehadiran Kabupaten Pangandaran didasari oleh potensi wisata yang luar biasa. Kawasan ini terkenal dengan keindahan pantai pasir putihnya, ombak yang cocok untuk peselancar, serta pemandangan alam perbukitan yang memukau.

Melihat potensi besar tersebut, Kabupaten Pangandaran menetapkan misi untuk menjadi “Kabupaten Pariwisata Berkelas Dunia” pada tahun 2025. Misi ini selaras dengan visi pembangunan daerah yang mengedepankan sektor pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Selain mengembangkan sektor pariwisata, Kabupaten Pangandaran juga berkomitmen untuk menciptakan lingkungan hidup yang aman dan nyaman bagi seluruh warganya. Prinsip-prinsip keagamaan akan menjadi landasan dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berakhlak mulia.

20+ Lambang Kota dan Kabupaten di Jawa Barat

Selengkapnya

Sejarah Kab Pangandaran

Pada awalnya desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari Suku Sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan. Karena di Pantai Pangandaran inilah terdapat sebuah daratan yang menjorok ke laut yang sekarang menjadi cagar alam atau hutan lindung, tanjung inilah yang menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai.

Di tempat inilah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu yang dalam Bahasa Sunda nya disebut andar, setelah beberapa lama banyak berdatangan ke tempat ini dan menetap sehingga menjadi sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Lalu para sesepuh terdahulu memberi nama desa Pananjung, karena menurut para sesepuh terdahulu di samping daerah itu terdapat tanjung di daerah ini pun banyak sekali terdapat keramat-keramat di beberapa tempat. Pananjung artinya dalam bahasa sunda pangnanjung-nanjungna (paling subur atau paling makmur).

Pada mulanya Pananjung merupakan salah satu pusat kerajaan, sejaman dengan kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan, Kalipucang, Pangandaran sekitar abad XIV M. setelah munculnya kerajaan Pajajaran di Pakuan, Bogor. Nama rajanya adalah Prabu Anggalarang yang salah satu versi mengatakan bahwa dia masih keturunan Prabu Haur Kuning, raja pertama kerajaan Galuh Pagauban, namun sayangnya kerajaan Pananjung ini hancur diserang oleh para Bajo (Bajak Laut) karena pihak kerajaan tidak bersedia menjual hasil bumi kepada mereka, karena pada saat itu situasi rakyat sedang dalam keadaan paceklik (gagal panen). Di masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah kabupaten Pangandaran ini dikenal dengan nama Sukapura.

Pada tahun 1922, penjajahan Belanda oleh Y. Everen (Residen Priangan) Pananjung dijadikan taman baru, pada saat melepaskan seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina dan beberapa ekor rusa. Karena memiliki keanekaragaman satwa dan jenis – jenis tanaman langka, agar kelangsungan habitatnya dapat terjaga maka pada tahun 1934 Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas 530 Ha.

Pada tahun 1961 setelah ditemukannya Bunga Raflesia padma status berubah menjadi cagar alam. Dengan meningkatnya hubungan masyarakat akan tempat rekreasi maka pada tahun 1978 sebagian kawasan tersebut seluas 37, 70 Ha dijadikan Taman Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitarnya sebagai cagar alam laut (470,0 Ha) sehingga luas kawasan pelestarian alam seluruhnya menjadi 1000,0 Ha.

Perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 104/KPTS-II/1993 pengusahaan wisata Taman Wisata Alam Pananjung, Pangandaran diserahkan dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam kepada Perum Perhutani dalam pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Ciamis, bagian Kemangkuan Hutan Pangandaran.

Lambang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat
Lambang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat


Eksplorasi konten lain dari Ruang Logo

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *