Lambang Kota Bukittinggi Sumatera Barat

Bukittinggi, kota yang dikenal dengan julukan “Kota Bungku” ini memiliki lambang yang sarat makna. Bukan sekadar gambar abstrak, lambang tersebut merefleksikan sejarah, budaya, dan visi misi kota ini.

Lambang Kota Bukittinggi adalah simbol kebanggaan yang merefleksikan sejarah, budaya, dan aspirasi kota ini ke depannya. Dengan semangat persatuan dan kerja keras, masyarakat Bukittinggi diharapkan dapat mewujudkan visi misi kota ini menjadi kenyataan.

Sekilas Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi (bahasa Minangkabau: Bukiktinggi; Jawi, بوكيق تيڠڬي) merupakan kota dengan perekonomian terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat. Sebagai enklave dari Kabupaten Agam, kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatra dan Provinsi Sumatra Tengah. 

Di pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia.

Arti Lambang Kota Bukittinggi

 

Lambang daerah berbentuk perisai segi lima, Lukisan di dalam lambang daerah tersebut terdiri atas:

  • Kata-kata : Bukittinggi
  • Bintang segi lima bersinar di bagian atas puncak
  • Gonjong Rumah Adat 4 (empat)
  • Gobah berlenggek (bertingkat) dua
  • Carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berjumbai 17.
  • Bukit-bukit, dua pada latar belakang dan tujuh pada bagian muka.
  • Garis tengah terjal nagari 8.
  • Motto “Saayun Salangkah“.

Warna dasar, lukisan / gambar dan garis tepi Lambang Daerah dimaksud pasal 4 adalah sebagai berikut :

Merahwarna dasar perisai segi lima dan warna jumbai dalamak.
Hitamwarna pinggir dasra segi lima, gonjong rumah adapt, tulisan Bukittinggi dan warna dasar moto “Saayun Salangkah”.
Kuning Emaswarna carano dan bintang segi lima.
Hijauwarna ngarai dan bukit.

1) Arti dan bentuk :

  • Bentuk perisai segi lima
    Melambangkan bahwa kota Bukittinggi adalah merupakan salah satu daerah-daerah Kota otonom dalam lingkungan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 dan juga berarti pengabdian terhadap Bukittinggi sebagai nama asli yang bergengsi dan berkepribadi dan yang ditegakkan di atas pandam perkuburan “Stads Gemeente fort de Kock”.
  • Perisai bersegi lima berwarna merah berpinggir hitam sekelilingnya melambangkan keberanian dan ketahanan.

 2) Arti gambar / lukisan :

Bintang segi lima berwarna kuning melambangkan :

Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia. Dalam Negara Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini telah tercakup Propinsi Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.

Jumlah garis-garis gambar pada lukisan lambang, melambangkan hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 – 8 – 1945 adalah sebagai berikut :

  • Jumlah dalamak penutup carano berjumlah 17 (tujuh belas).
  • Garis-garis terjal ngarai berjumlah 8 (delapan).
  • Lantai dan lenggel mesjid berjumlah 4 dan gonjong rumah adat dengan gobah mesjid berjumlah 5.
  • Bukit dan ngarai melambangkan keadaan geografis wilayah Kota Bukittinggi dengan perincian sebagai berikut :
  • Bukit yang 27 (dua puluh tujuh) buah banyaknya diproyeksikan dengan lukisan 2 bukit pada bagian belakang dan 7 buah bukit dihadapannya yang melambangkan bahwa kota Bukittinggi berada dalam kawasa bukit yang berjumlah 27 buah.
  • Ngarai dilukiskan dengan garis putih miring beriak. Warna garis putih dengan warna hijau dibelakangnya mengartikan bahwa ngarai tersebut adalah bersifat alamiah (asli) dan bukan ciptaan manusia dan melambangkan bahwa kota Bukittinggi mempunyai geografis yang permai, sedangkan warna hijau melambangkan kesuburan tanah wilayah kota Bukittinggi.
  • Gonjong Rumah Adat dan gobah Mesjid berlenggek tiga serta lukisan carano dengan sirih lengkap bertutup dalamak berwarna merah melambangkan kebudayaan dan falsafah hidup penduduknya.

Kalau istilah sekarang dikenal dengan sebutan “mental/spiritual”, maka Bukittinggi dilambangkan dengan “Gonjong Rumah Gadang Maharam” sebagai lambang kebudayaan asli, sedangkan nama gonjong itu sendiri adalah “tanduak kabau jalang”.

Gonjong yang hitam warnanya didampingi gobah berlenggek tiga berwarna putih yang merupakan lambang agama, mengandung pengertian bahwa adat yang kawi syarak yang lazim adalah “Sanda manyanda” keduanya. Sedangkan maksud melukiskan gonjong dibelakang dan gobah dimuka menunjukkan bahwa Adat lebih tua usianya di Kuai dan pada Agama.

Lenggek yang tiga pada gobah melambangkan “Urang Nan Tigo Jinih”, rahasia yang tersembunyi di dalam lenggek adalah “ Syarak mendaki-Adat menurun”.

Lukisan carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berwarna merah sengaja digambarkan pada bagian muka, melambangkan :

  • Kapalo Baso (Istana bahasa pembuka tutur).
  • Pananti halek tibo (Sosial, Solider).
  • Sirieh langkok (5 jenis) melambangkan imbangan hidup, selaras dan seresam rancak diawak katuju diurang.
  • Lamak sirieh dilega carano dengan hikmah “kato basamo dipaiyokan bulek kato kamupakaik”.

3) Arti Motto

Motto “Saayun Salangkah” adalah esensi dari kata-kat adapt menggambarkan persatuan dan kesatuan.

4) Arti warna

Warna dalam lambang daerah ini berarti / bermakna :

KuningAdalah lambang keagungan dan keluhuran.
HitamAdalah lambang ketahanan.
PutihAdalah lambang kesucian (putih tahan susah).
MerahAdalah lambang kesucian (putih tahan susah).
HijauAdalah lambang kesuburan.
Lambang Kota Bukittingggi Sumatera Barat

Website : Kota Bukittinggi


Eksplorasi konten lain dari Ruang Logo

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *