Lambang Pemerintah Kota Bandung

Lambang Kota Bandung merupakan simbol yang penting bagi identitas kota yang ditetapkan melalui peraturan daerah pada tahun 1953. Penetapan tersebut mencerminkan budaya dan sejarah yang mendalam. Lambang ini tidak hanya sekadar gambar, tetapi juga mengandung makna yang berarti bagi masyarakat Bandung.

Deskripsi Lambang Kota Bandung

Lambang ini memiliki bentuk perisai yang menyerupai jantung. Perisai tersebut dibagi menjadi dua bagian oleh sebuah balok lintang mendatar. Bagian atas berwarna kuning (emas) menampilkan lukisan gunung berwarna hijau yang kokoh, sedangkan bagian bawah berwarna putih (perak) menunjukkan empat bidang jalur mendatar berombak berwarna biru. Di bawah perisai, terdapat pita berwarna kuning yang melambai, menghiasi lambang dengan tulisan berbahasa Kawi, ‘gemah ripah wibawa mukti’.

Makna Simbolik di Balik Lambang

Bentuk perisai yang digunakan dalam lambang kota ini melambangkan perlindungan dan perjuangan. Dalam budaya dan peradaban, perisai adalah senjata yang digunakan untuk melindungi diri. Dengan demikian, lambang ini tidak hanya memperlihatkan kebanggaan warga Bandung, tetapi juga merupakan wujud harapan untuk mampu menahan segala mara bahaya serta kesukaran yang mungkin dihadapi. Keseluruhan lambang mengingatkan kita akan kekuatan, ketahanan, dan perjuangan masyarakat Bandung dalam mencapai tujuan bersama.

Tentang Kota Bandung

Kota Bandung (Aksara Sunda Baku: ᮊᮧᮒ ᮘᮔ᮪ᮓᮥᮀ) adalah kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbang Kertosusila.

Lambang Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat

Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische Hoogeschool te Bandoeng – TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung – ITB)[1], lokasi ajang pertempuran pada masa kemerdekaan[2], serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955,[3] suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.[4]

Pada tahun 1990 kota Bandung terpilih sebagai salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah Time.

bandung kota kembang

Kota kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai sangat cantik dengan banyaknya pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata kuliner. Dan pada tahun 2007, konsorsium beberapa LSM internasional menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur.[5] Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.

Sejarah Kota Bandung

Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama Tumenggung Wiraangunangun. Beliau memerintah Kabupaten bandung hingga tahun 1681.

Semula Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) kira-kira 11 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki “Dalem Kaum I”, kekuasaan di Nusantara beralih dari Kompeni ke Pemerintahan hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811). Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.

Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di daearh Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Asia Afrika – Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari), mendekati Jalan Raya Pos.

Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibukota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun (pusat kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibukota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibukota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampur Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang).

Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati. Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri (the founding father) kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.

Website : Pemerintah Kota Bandung

Lambang Kota Bandung
Lambang Kota Bandung
Lambang Kota Bandung

Arti Logo/Lambang Kota Bandung

Lambang kota Bandung ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota besar Bandung tahun 1953, tertanggal 8 Juni 1953, yang diijinkan dengan Keputusan Presiden tertanggal 28 april 1953 No. 104 dan diundangkan dalam Berita Propinsi Jawa Barat tertanggal 28 Agustus 1954 No. 4 lampiran No. 6 Lambang tersebut bertokoh PERISAI yang berbentuk JANTUNG. Perisai tersebut terbagi dalam dua bagian oleh sebuah BALOK- LINTANG mendatar bertajuk empat buah, yang berwarna HITAM dengan pelisir berwarna PUTIH (PERAK) pada pinggir sebelah atasnya:

Bagian atas latar KUNING (EMAS) dengan lukisan sebuah GUNUNG berwarna HIJAU yang bertumpu pada blok-lintang dan bagian bawah latar PUTIH(PERAK) dengan lukisan empat bidang jalur mendatar berombak yang berwarna BIRU.

Di bawah perisai itu terlukis sehelai PITA berwarna KUNING (EMAS) yang melambai pada kedua ujungnya, Pada pita itu tertulis dengan huruf-huruf besar latin berwarna HITAM amsal dalam bahasa KAWI, yang berbunyi GEMAH RIPAH WIBAWA MUKTI.

Sebagai tokoh lambang itu diambil bentuk perisai atau tameng, yang dikenal kebudayaan dan peradaban sebagai senjata dalam perjuangan untuk mencapai sesuatu tujuan dengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang demikian itu dijadikan lambang yang mempunyai arti menahan segala mara bahaya dan kesukaran.

#Arti_warna-warna_dalam #lambang_Kota_Bandung

  • KUNING (EMAS), berarti : kesejahteraan, keluhungan.
  • HITAM (SABEL), berarti : kokoh, tegak, kuat.
  • HIJAU (SINOPEL), berarti : kemakmuran sejuk
  • PUTIH (PERAK), berarti : kesucian
  • BIRU (AZUUR), berarti : kesetiaan

#Arti_motto #Kota_Bandung

Gemah ripah wibawa mukti, berarti : tanah subur rakyat makmur.

MasaPeristiwa
1488Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran
1799Menjadi bagian dari Sumedang Larang diserahkan kepada Pemerintah Belanda dari Kompeni
1811Dinyatakan sebagai Ibukota Kabupaten Bandung
1906Gemeente Bandoeng
1917Burgemeester Van Bandoeng yang pertama
1926Staadsgemeente Bandoeng
1942Bandung Si
1945Pemerintah Nasional kota Bandung
1949Haminte Bandung
1950Kota Besar Bandung
1957Kotapraja Bandung
1966Pemerintah Daerah Kotamadya Bandung
1974Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung

  1. ^ Yat, H.Y., (1973), Development of higher education in Southeast Asia: problems and issues, Regional Institute of Higher Education and Development.
  2. ^ Toer, K.S., Kamil, E., (1999), Kronik revolusi Indonesia, Vol. 1, Kepustakaan Populer Gramedia, ISBN 978-979-9023-27-8.
  3. ^ Plummer, B.G., (2003), Window on freedom: race, civil rights, and foreign affairs, 1945-1988, UNC Press, ISBN 978-0-8078-5428-0.
  4. ^ See, S.T., Acharya, A., (2009), Bandung Revisited: The Legacy of the 1955 Asian-African Conference for International Order, NUS Press, ISBN 978-9971-69-393-0.
  5. ^ Rafael V. L., Mrázek R., (1990), Figures of criminality in Indonesia, the Philippines, and colonial Vietnam, SEAP Publications, ISBN 978-0-87727-724-8.

No comments yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *